Article by Beatrix Gebze. Translated by Dewi Laila Sari.

Life has depended on nature for generations, yet its destruction continues unabated. Even though we know that forests provide us with plenty of food reserves, many people have been doing destructive activities and tools in harvesting forest products. We need to look after it, for the sake of the future generations.

This is what Mama Yolenta, a eucaplyptus leaf picker who lives in the forests of Kampong Yawar (Rawa Biru) in Merauke, Papua, hopes that people would realize.

She is a local entrepreneur who produces eucalyptus oil for a living. Everyday she picks the leaves from the forest and processes it into eucalyptus oil for selling to a local distributor.

But in recent years, Mama Yolenta has noticed there are fewer eucalyptus plants in the forest. As a consequence, she can produce less eucalyptus oil for selling everyday. Forest fires and illegal logging activities, according to her, are the primary causes for the disappearing eucalyptus plants.

This has challenged Mama Yolenta and her family to continue living there and guard the forest. In doing so, she proactively takes responsibility in protecting the forest from irresponsible people.

Even though the eucalyptus are inside the protected forest region inside the national park, many harmful human activities that damage the forest continue unchecked

She calls on the local government to put more concern in forest preservation and work with the communities that live in and live from the forest.

Original Text

Hidup bergantung dari alam, adalah cara yang sudah dilakukan secara turun temurun, namun masih saja alam terus di rusak, hutan yang begitu banyak menyediakan makanan bagi kita manusia terus saja diambil secara paksa, dengan cara dihancurkan, padahal kita tahu bahwa hutan itu adalah dapur bagi perut kita.

Sehingga kita harus menjaganya. Itulah yang diharapkan Mama Yolenta, seorang pencari daun minyak kayu putih yang kesehariannya dia habiskan didalam hutan.

Mama Yolenta adalah pengusaha local penghasil minyak kayu putih yang berasal dari Kampong Yawar atau kampong Rawabiru, hidupnya setiap hari mengumpulkan daun minyak kayu putih, memasaknya, menyulingnya sehingga menghasilkan minyak kayu putih dan dijual kepada penadah, namun harga yang ditentukan tidak sebarapa dari apa yang dia lakukan dalam proses membuat minyak kayu putih, karena hasil minyak kayuh putih tidak dapat di produksi lebih banyak karena kekurangan bahan, akibat banyaknya pohon minyak kayu putih yang terbakar, bahkan banyak juga di tebang secara liar. 

Kondisi inilah yang membuat Mama Yolenta terus berharap agar hutan yang menyediakan bahan baku utama minyak kayu putih tidak dirusak. Hutan penghasil minyak kayu putih adalah kawasan yang dilindungi karena berada dalam kawasan taman nasional namun, tidak ada proteksi bagi wilayah ini, sehingga mama yolenta dengan keluarganya memilih tinggal di hutan agar dapat menjaga hutan ini dari para perusak, pemerintah setempat diharapkan dapat melihat persoalan yang dihadapi oleh masrakatnya begitu juga dengan lingkungannya.


Green Intermediaries